SEKALI SEUMUR HIDUP :
BERJALAN ±35 KM MENAPAKI PERJALANAN RM. VAN LITH
(Part 2)
Hii Sobat!!
Di post kali ini, aku mau lanjutin post tentang kegiatan NAPAK TILAS Rm. Van Lith. Di post sebelumnya, aku udah jabarin tu seputaran NAPAK TILAS ini.
Belom Baca? Cekidot :
BERJALAN MENYUSURIPERJALANAN SANG INSPIRATOR : NAPAK TILAS ROMO VAN LITH (Part 1)
Nha, kali ini baru aku mau cerita tentang pengalaman pribadiku dari Rekoleksi Militansi hingga puncaknya NAPAK TILAS. So, let's Cekidott..
Selasa, 10 April 2018 ku masih ingat hari dimana aku dan teman-teman angkatanku bersama-sama nyiapin diri buat menghadapi hari yang bisa dibilang sangat istimewa buat anak Van Lith, yakk NAPAK TILAS Rm. Van Lith. Sperti yang udah ku bilang di post sebelumnya, buat menghadapi kegiatan yang bisa dibilang penting ini, gak segampang kyak kegiatan serupa yang ada di Van Lith ini juga, yow ZTA atau Ziarah Tiga Angkatan. Buat mengikuti n menghadapi NAPAK TILAS ini, Vanlithsians harus menjalani Rekoleksi dulu. Rekoleksi Militansi namanya. Hari itu, ku mulai njalani Rekoleksi Militansi hari yang pertama. Rekoleksi buat angkatanku waktu itu, di fasilitator oleh Rm. Dwi Harsanto atau Romo Santo dan dilaksanakan di kapel Aspi.
Baca Juga Pengalaman Ziarah Tiga Angkatan :
Di rekoleksi ini, banyak bicara seputar menjadi militan 🤔. Mulai dari belajar dari Alkitab, belajar melalui kepahlawanan (kemartiran) para rasul, hingga belajar dari semangat Romo Van Lith terutama dalam menempuh kehidupan menjadi seorang misionaris di tanah jawa (Muntilan). Rm. Santo waktu itu bilang kalo 'Menjadi seorang yang militan, maka harus dapat berdiri kokoh dan tidak mudah goyah walau diterpa angin ataupun disentil'. Hmm.. Di rekoleksi ini pun, aku n teman-teman belajar dari tokoh "Heru Laksana". Mungkin orang dulu paham betul sosok Heru Laksana ini. Penerus dari bakery Maison Weiner. Nha, kalian yang belom tau n kepengen tau, bisa searching seputar Heru Laksana itu dahh.. Hal yang bisa dibilang mengesan dari sesosok Heru Laksana ini salah satunya ialah kegigihannya dalam menjaga warisan keluarganya dan mempertahankan usaha toko kue 'Maison Weiner', hingga saat ini sudah mencapai tahun ± ke-84. Hal yang menakjubkan bukan? 😱. Dari sosok Heru Laksana itu tak lepas dari sikap pantang menyerah yang ditampilkan olehnya. "Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang bisa timbul pada Samudra, pada Gunung Berapi, dan pada Pribadi yang tau benar akan tujuan hidupnya." kata itulah yang memotivasi sesosok Heru Laksana. Sebuah rangkaian kata motivasi yang menarik dan juga bisa menginspirasi bukan?. Nha, kalo lihat perjalanan hidup si Heru Laksana itu, kita bisa liat perjuangan kerasnya. Masa kecilnya yang sangat tidak suka jika disuruh orang tuanya buat membantu membuat roti kering, tapiii ketika besar, ia lah yang melanjutkan bisnis roti orang tuanya itu. Aneh? Begitulah kenyataanya. Okay, lanjott yakk.. wkwk
Rekoleksi Militansi ini berlangsung dari hari itu (10 April) hingga Kamis, 12 April 2018 dan puncaknya yakni NAPAK TILAS pada Jumat, 13 April 2018. Hmm.. Buat hari kedua ga beda jauh lah y sama hari pertama. Nha, buat rekoleksi hari terakhir (kamis), ada yang berbeda dari sebelum-sebelumnya. Ada suasana yang beda. Wkwkwk. Tapi, ini ga perlu dicontoh si.. Aku cuma mau cerita supaya bisa buat pembelajaran kedepannya.. Uhuyyy. Cekidottlahh..
Yakk, Kamis, 12 April 2018 Rekoleksi hari terakhir sebelum esoknya ber NAPAK TILAS. Kyak rekoleksi-rekoleksi biasanya. Ditengah-tengah acara pasti ada yg namanya ice braking atau rileks sejenak. Nha, di rekoleksi ini saat waktu rileks itu, kami diputerin video gerakan kewer-kewer. Tau pasti gerakan kewer-kewer lah y. Nha, tujuannya si sbner e bukan buat sembrono atau apalah, tapi mmng buat sekedar melepas penat setelah duduk lama berekoleksi. Saat itu, kita semua disuruh ngikuti gerakan yang ada di video. Tapii, siapa sangka kalo akhirnya bakalan rusuh. Wkwkwk. Sudah bisa ditebaklah y.. Yang rusuh bukan kaum hawa tapi si kaum adam. Wkwkwk.
Saat rusuh itu, pamong aspi saat tahunku, Sr. Bibi, teriak dan marah ke para aspa (sebutan untuk cowok). Sebenarnya hanya beberapa kaum aspa saja yang istilahnya 'bikin gara-gara'. Tapi, karna satu angkatan, jadi semua aspa ikutan (satu kena, semua pun kena). Nha, saat Sr. Bibi marah, kami para aspa diusir keluar dari dalam kapel aspi dan disuruh ke lapangan aspi. Entah apa tujuannya. Mungkin tujuannya buat aspa intropeksi. Tapiiii, beberapa orang itu malahan asik sendiri (ketawa-ketiwi, goyang-goyang lg, dsb). Akhirnya, kami para aspapun meminta maaf dan berjanji tak akan mengulanginya lagi. Setelah dimaafkan, kami para aspa diijinkan lagi buat lanjut sesi di dalam kapel. Sesi terakhir ini ialah penulisan janji kesanggupan siswa, dimana akan menyatakan diri tetap lanjut atau akan berhenti di VL ini. Nha, sebuah keputusan yang bukan main-main dalam penulisan itu..hmm. Selesai sesi, siang harinya balek ke asrama masing-masing.
Sore hari, waktu itu ±jam 3, kami seangkatan berangkat menuju ke kerkof (makam Rm. Van Lith, Rm. Sanjaya, dsb) yang letaknya ada di seberang sekolah. Di situ, kami misa sekaligus pemberkatan pin Van Lith dan tabur bunga ke makam rm. Van Lith. Selesai misa dan tabur bunga, kami ke kantin buat tanda tangan di atas materai surat kesanggupan tadi. Hmm.. Pake materai segala ya.. Nhah itulah bisa dibilang sekolah disini bukan buat main-main dan buat masuk ke sini pun ga bs main-main juga. Yoii to?. Kita bakalan dididik sesuai dengan semangat rm. Van Lith tuk jadi rasul awam yang sejati dan tentunya no abal-abal. Syapp.. Selesainya tanda tangan, semuanya kembali ke asrama masing-masing dan mempersiapkan segala sesuatu tuk NAPAK TILAS esok. Ashiappp..
Sampai juga di hari yang dinanti-nantikan. Inilah hari yang ditunggu-tunggu dari penantian selama 3 hari sebelumnya saat awal pertama rekoleksi Militansi n selama ±9 bulan sejak awal menjadi bagian dari Van Lith ini. Yakkk.. Seperti yang kukatakan sebelumnya, Inilah Puncak dari Rekoleksi Militansi, apa lagi kalo bukan NAPAK TILAS Rm. Van Lith. Pagi hari saat matahari belum menampakkan jati dirinya disertai udara dingin yang menyambut, kami beranjak bangun dari nyenyaknya tidur di bed. Wkwkwk. ± Jam 4 pagi (lebih pagi dari kegiatan Ziarah Tiga Angkatan tentunya), kami satu angkatan mulai bangun n satu persatu mulai mandi. Setelah bersiap, kami menuju ke Refter untuk sarapan. Setelah sarapan, kami satu angkatan langsung beranjak kumpul ke lapangan. Di lapangan ± jam 5.10, acara dimulai seperti biasa dengan doa dan sambutan. Setelah itu langsung dimulai pemanasan yang saat itu dipandu langsung oleh Pak Yoseph (Pendamping Pelajaran Olah Raga kami). Gerak sini gerak sana tekuk sini tekuk sana, akhirnya pemanasanpun selesai..wkwkwkwk. Setelah pemanasan, kami langsung diberangkatkan. O iya, jadi sebelumnya kami satu angkatan sudah dibagi menjadi 20 kelompok kecil yang masing-masing 10 anggota. Nhah, waktu itu, aku dapet di kelompok 10. Ga terlalu awal, juga ga terlalu akhir lah y. Selesai pemanasan, kelompok pertama dulu diberangkatkan. Setelah itu lanjut lanjut sampai semua kelompok terberangkatkan.
Kelompok 10 NAPAK TILAS dok.pan |
Di kelompok 10, aku bersama dengan Siska, Petra, Beatrice, Krista, Putra, Chania, Gorga, Valent, n Grego. Waktu itu, kelompok ku diketuai sama Grego. ±jam 05.40 kelompokku (kelompok 10) mulai berangkat. Jalan yang penuh dengan lika-liku ditelusuri dengan sepenuh hati. Eaaaa.. Iyalah..kan demi pin..ya walau blm tau bakal dapet ato ngga nya si.. Wkwkwk. Semangat dari satu kelompok sangat berguna saat itu dan juga bergema di sepanjang jalan. Solidaritas n kekompakan dalam satu kelompok terlebih dalam satu angkatan bner-bner bisa keliatan di moment ini. Setelah berjalan ±1½ jam, kelompokku sampai di pos pemberhentian pertama. Pos pertama ini di sebuah parkiran rumah makan (lupa nama rumah makannya.. wkwk). Nha, di pos ini, pendamping mengecek kelengkapan anggota. Setelah bner lengkap, kami disilahkan lanjot jalan. Tanpa istirahat, kami sekelompok lanjut berjalan dengan berbarengan. Setelah ±1 jam kami lanjut berjalan (±jam 8an), kami sampai di post peristirahatan sejenak, yakni di Gereja Katolik Santo Petrus Borobudur. Di sana kita satu angkatan di sambut sama DPP nya Paroki Borobudur sembari disuguhi minuman es n snack. ±15 menit kami makan n minum, lalu kami disuruh masuk ke dalam Gereja. Dengan tetap dalam satu kelompok, didalam Gereja, kami menyanyikan lagu mars Van Lith, dan mendengarkan sepatah dua patah kata dari Bruder Rektor (Br. Giwal), ketua DPP, n yg terakhir dr Bu Anik (Humas). Selama ±1 jam kami di Gereja Borobudur. Beristirahat n sekedar melepas penat. Setelah selesai bincangnya, kami diberangkatkan lagi satu per satu kelompok. Kami meneruskan perjalanan dengan melewati Candi Borobudur (yaa, walau cuma keliatan parkirannya aja si).
Nhaaa, kali ini perjalanan yang bner-bner memakan tenaga. Kyak yg udah ku kata sebelumnya, perjalanan dari sekolah ke Gereja Borobudur, masi okelah.. Lurus lurus ae.. Tapi, setelah Gereja Borobudur ini, dimulailah perjalanan yang menantang nyali, menanjak, n tidak lurus sperti sebelumnya lagi. Jalan yang dilalui kini, bner bner nanjak n kadang berkerikil. Disinilah yang menguras tenaga dengan cepatt. Capek yang dirasa bner-bner kerasa. Wkwkwk. Kali ini bukan guyonan lagi si..
Dengan kondisi jalan yang kayak gitu, so pastilah ada yang ga kuat, serasa ga sanggup, dll. Dikelompokku sendiri ada salah satu cewek yang sedikit nda kuat, lemas, n muntah² di pertengahan jalan. Waktu itu, untung ada Rm. Nug (Pembimbing Pespika sekolah VL) yang juga ikut jalan n pas berpaspasan. Beliau membantu salah satu anggota kelompok kami yang lemas tadi. Setelah sudah agak mendingan n siap lanjut, kami satu kelompok melanjutkan jalan lagi, ya walau dengan sedikit demi sedikit berhenti karena capek n juga teman kelompok yg tadi juga perlu istirahat lagi.
Seruan semangat bergema terus selama perjalanan itu. Semangat kelompok kami juga terbangkitkan n juga terus menerus menyemangati teman sekelompok yang lemes n muntah² tadi. Nhah, buat saling menyemangati juga, kita pada bilang 'Ayo ayo sebentar lagi sampekk, sudah deket nii. Ayoo kuat pastii'. Padahal ga tau sudah sampe mana n masih berapa jauh perjalanannya. Yaa.. Itulah salah satu keseruan dalam nuansa kekeluargaan. Saling memberi semangat, saling menghibur, dll. Inilah, bner-bner rasa kekeluargaan terasa diperjalanan nan jauh itu. Whehehe. Akupun, jujur, waktu itu serasa putus asa. Sudah bner bner capek, lemes juga, kyak udah ga sanggup lagi buat ngelanjutin. Tapi, sempat terbesit dipikirianku waktu itu, 'ahh.. Kuatlah kuat.. Temen temen yg lain ae kuat, aku kan jg cowok.. Harus kuatt.. Tunjukin ke yang lainnya'. Sambil terus berdoa pada Tuhan buat minta bantuanNya, biar kuat sampai tujuan. Hm.. Mungkin pemikiran tadi cukup sok yakk. Tapi, dari situlah bisa munculin semangat lagi. Walau tubuh tetep capek n lemes jg. Kekuatan doa memang ga isa diragukan lagi yak sobatt. Dengan terus berjalan nanjak, nanjak, n nanjak.
Wehhh..
Jujur, bner bner nguras tenaga batt jalan tanjakan nya itu. Dengan semangat
kelompok n kekompakannya, kita satu kelompok terus berusaha berjalan walau
terbanta-banta sambil tetep memperhatikan n menyemangati temen yang lemes n
muntah² tadi. Jika lihat sekeliling, pemandangannya si bagus, bner-bner ga
nyangka si pemandangannya. Top lahhh..
Singgah di Kapel Keruq dok.pan |
Setelah berjalan selama ± 2½jam lamanya (±jam 11.50), kelompokku sampai di Kapel St. Petrus n Paulus Kerug (post peristirahatan selanjutnya). Sama halnya dengan sebelumnya, kami datang disambut oleh orang-orang kerug n juga beristirahat sambil minum, snack, dan juga makan siang. Setelah makan siang, kami satu angkatan kumpul di dalam kapel. Sama lagi kyak di Gereja Borobudur, kami mendengar sambutan dari pengurus situ n juga Rektor (Br. Giwal) dan diakhiri dgn doa n mars Van Lith. Setelah selesai, kami pemanasan sebentar. Selesai pemanasan, satu per satu kelompok diberangkatkan lagi. ± 1 jam waktu istirahat di kapel Kerug.
Dengan tetap dalam satu kelompok, aku n kelompok cuss lanjut jalan sembari berpamitan dengan warga kerug, ± saat itu jam menunjukkan pukul 12.40. Nhahh, setelah melewati jalan yang terus menanjak sebelumnya, kali ini, tipe jalanan setelah kepel kerug adalah sebaliknya, yakni menurun. Hmm.. Sudah bisa membayangkan lag ya.. Tapi, jangan anggep kalo jalan kali ini lebih ringan dari sebelumnya ye. Porsinya same ae kok. Tenaga yang terkuras sama banyak e.. Kakiku lebih kerasa sakit di jalan ini, mungkin karena menurun jalannya, dimane kerasa kepengen lari pas menuruni jalan. Otomatis juga, di tipe jalan menurun ini, perjalanan ga bisa lambat-lambat banget. Kan karna menurun, jadi kalo ditahan pelan-pelan malah sakit n nguras tenaga lebih lagi.. Yoi ga?
Dengan jalan yang ngos-ngosan dan berasa ga kuat, seruan-seruan 'Sedangsono sudah deket dan Semangat' terus bergema, entah dalam satu kelompok, maupun antar kelompok. Dengan semangat dan motivasi dalam satu kelompok, akhirnya setelah berjalan lama, ±1½jam, Sendangsono sudah terlihat didepan mata.. Woww.. Saat itu, bner-bner seneng iya, bangga iya, terharupun iya. Sebelum masuk Sendangsono, kamipun berhenti di pos terakhir. Di pos itu, kami satu kelompok dicek lagi kelengkapan anggota. Setelah lengkap dicek, kami satu kelompok akhirnya masuk ke Sendangsono. Pintu masuknya kali ini ga lewat gerbang utama, tapi masuk lewat jalan kecil yang tembus langsung ke bagian sebelah relief jalan salib singkat. Sesampainya di Pendopo Sendangsono, kamipun satu kelompok selonjor kaki sambil istirahat. Gilee.. Akhirnya perjuangan berjalan kaki sejauh ±35km berhasil dilewati dengan baikk, jam 5.40 berangkat dr sekolah dan sampai di Sendangsono jam ±14.30, yang berarti estimasi waktu jalan kaki yang udah dilalui ±8½ jam 😱. Dua kali lipat lebih dari ZTA yakk. Azekkk..🎉
Saat menyanyikan Mars Van Lith dok.pan |
Oke..
Lanjott..
±10 menit
aku selonjoran sambil istirahat, lalu aku ganti baju drill dan sepatu fantovel.
Setelah ganti seragam, aku n yang lainnya langsung duduk berjajar di bawah
altar dgn tetep dlam satu kelompok. ±jam 15.10 acara dimulai dengan doa yang
waktu itu dipimpin sama Br. Eko dan juga Mars Van Lith. Setelah itu, ada
simulasi terakhir buat pengucapan janji dan tata geraknya. Segitunyakah?
Iyapp.. Itulah kenyataannya, yang artinya ini bukanlah sebuah main-main.
Setelah simulasi, kami satu persatu dibagikan lilin waktu itu. Kemudian,
seperti biasanya, ada sambutan dari Rektor (Br. Giwal) lalu oleh ketua Panitia
Napak Tilas waktu itu, Bu Enik. Setelah sambutan, acara puncak yang
ditunggu-tunggupun mulai, yakni satu persatu kelompok maju dengan lilin
bernyala ditangan. Tempat yang digunakan itu di samping altar depan gambar
relief Rm. Van Lith yang membaptis orang-orang. Dimulai dari kelompok 1 dan
seterusnya. Pas kelompokku, aku sekelompok maju perlahan lahan dan sesampainya
depan meja, dihadapan Rm. Nug (Pembimbing Pespika sekolah VL), Br. Giwal,
Relief Rm. Van Lith, dan para Pendamping, kami membacakan surat janji
kesanggupan. Setelah membacakan surat janji, kami diberi berkat dan peneguhan
sama Rm. Nug, kemudian satu per satu dari kami maju menuju ke pamong, Aspa ke
Br. Agus, sementara Aspi ke Sr. Gio. Tiba giliranku buat maju ke pamong. Saat
itu, rasa deg-degan dan takut ku rasain. Takut ga dapet PIN. Namun, ternyata
Puji Tuhan aku dapet pin itu. Woww.. Girang rasanya. Br. Agus selaku pamong
asramaku menyematkan pin Van Lith di krah seragam drill yang kugunakan saat itu
sembari masi ku ingat beliau sambil berkata: "Frederik, Terimalah Pin ini
sebagai tanda kamu menjadi seorang vanlithsian. Selamat!". Bangga..Senang..Terharu.. Bercampur saat itu. Perjuanganku selama ini di Van
Lith ternyata berbuah hasil dan itulah hasil nya, walau belom ada satu tahun di
VL saat itu. Awal yang cukup baik!. Setelah penyematan pin, aku bersalaman sama
Br. Agus dan juga Br. Kris yang ada saat itu, lalu menuju balik tempat duduk. Para
pendampingpun mengucapkan selamat dan proficiat. Wehh.. Moment yang bner bner
susah buat dilupain.
Diriku saat penyematan pin oleh Br. Agus (Pamong ASPA 1) dok.pan |
Beruntungnya aku bisa masuk menjadi bagian dari Van Lith ini. Semua tak lepas dari penyertaan Tuhan pastinya 😇. Acara selesai, akupun dan teman lainnya saling mengucapkan selamat dan juga menghibur teman-teman yang belum bisa mendapat pin. Suasana haru dan saling meneguhkan bner-bner terasa waktu itu. Banyak yang nangis, entah karena nda dapet pin, maupun yang dapet pin. Banyak juga teman-teman yang meneteskan air mata kepada teman-teman yang belom bisa dapet pin. Keluarga? Tepatlah kata itu tuk menggambarkan suasana waktu itu. Bner-bner ga salah si masuk Van Lith ni. Setelah selesai semua dan saling meneguhkan, kita satu angkatan disuruh pendamping untuk segera menuju ke luar dan berangkat balik ke asrama. Perjalanan balik ke asrama ditempuh dengan menggunakan angkutan umum (bukan jalan kaki lagii, wkwk). Sesampainya di asrama ±jam set. 6, kitapun masi merasa lelah, beberes diri, kemudian istirahat. NAPAK TILAS Rm. Van Lith pun Selesai dijalani. Syukurrr...🎉.
Itulah Sedikit cerita tentang NAPAK TILASku bersama dengan keluarga satu angkatan 27 SMA Van Lith Muntilan. Bagaimana menurut sobat? Kuyy.. komen ae kl mau.. Bacalah post-postku yang lainnya jg, yang tentunya garing n ga jelas. Kalo mau baca ya tinggal baca, kalo mau komen ya tinggal komen, kalo ngga ya udah tutup aja. Sampai Jumpa di cerita selanjutnya yang tentunya tentang pengalaman di VL ini!
Suasana ketika Mars Van Lith sebelum balik dok.pan |
"Perjuangan adalah sikap
yang harus diterapkan dalam menjalani hidup ini. Dalam berjuang, pasti jatuh
dan bangun akan mengikuti. Namun, hadapilah. Itu yang namanya Perjuangan. Tanpa
Perjuangan, hidup serasa tak hidup. Maka, Berjuanglah, selagi Tuhan masih
Memberikan Nafas kehidupan"
-fmw
0 Comments
Silakan berikan komentar Anda!