SINGGAH DI PEDALAMAN DESA :
KISAH SOSIAL AWAL DI VAN LITH
(PART 1)
 |
| Homestay in Boro (Gorolangu) |
Halo sobat Do It!
Sesuai dengan judul, kali ini aku mau flashback tentang cerita di waktu homestay. Eaaa.. Okelah cekidot yakk..
Sebelum masuk pembahasan lebih dalem, bahas seputar homestay di Van Lith ini dulu dehh. Nhh.. Sesuai judulnya, kegiatan homestay ini adalah kegiatan sosial pertama. Apa e maksude? Jadi, di awal SMA ini (kelas X), Homestay adalah kegiatan sosial pertama yang dimana kita terjun langsung ke lingkungan masyarakat, pastinya masyarakat pelosok (desa) yang jauh dari keramaian kota. Hmm.. Kegiatan ini terlaksana setelah melalui tahap rekoleksi dan rekoleksi yang melelahkan (wkwkwkwk). Homestay di Van Lith ini biasanya baru dilaksanain di bulan Maret atau di semester 2 pertengahan. Nhah, selama pertengahan dan akhir semester 1 sebelumnya, kelas 10 masih harus menjalani rekoleksi (belom ada kegiatan keluar). Makanya aku bilang tadi 'setelah melalui tahap rekoleksi yang melelahkan' whehehe. Homestay ini adalah permulaan awal untuk memulai perjalanan di van lith khususnya dalam keterlibatan sosial. Why? Karna selanjutnya akan ada kegiatan yang so pasti lebih menantang dalam keterlibatan sosial Vanlithsians. Sedikit cerita, nanti di kelas 11 bakalan ada RKKS dan di kelas 12 ada Aksos (yang akan menutup kegiatan sosial selama di Van Lith). Nhah, apa itu RKKS? Aksos? Ntar ku bahas di post-post selanjutnya.. Okelah.. Mari lanjott..
Kali ini ku mau sdikit cerita ttng kegiatan homestay angkatanku di tahun 2018 yg lalu. Jadi, Homestay angkatanku ini berlangsung selama 5 hari 4 malam. Nhah, Hari saatnya untuk berhomestay, yakni Senin, 19 Maret 2018, diawali dengan kumpul bersama di aula. Saat itu, Br. Giwal sebagai Rektor n Kepala Sekolah, menyampaikan wejangannya (whehe). Ku masih inget (flashback buku refleksi si), hal penting yang disampaikan oleh bruder sebelum memberangkatkan kita-kita ketempat homestay, "3 hal penting dalam kegiatan homestay ini, yakni pertama, 'Tinggal bersama dia' artinya tinggal bersama orang tua asuh kita, dimana kita belajar bersama hidup dengan mereka. Kedua, 'Tinggal di tempat yang dalam' sama halnya dengan sabda Tuhan yakni Bertolaklah ketempat yang lebih dalam untuk mendapatkan banyak ikan (dalam menebarkan jala), maka, kitapun diajak tinggal di tempat yang dalam agar kita dapat mendapatkan banyak pengalaman iman yang baru, melalui proses pembelajaran dengan orang tua asuh masing-masing nantinya. Lalu, ketiga, 'Transformasi' yang berarti perubahan setelah berdinamika dengan orang tua asuh masing-masing melalui homestay." Kata-kata yang tidak berat banget buat dipahami, n makna tersirat nya bisa dirasa sendiri yakk. Whehe..
Hmm.. Selain itu, ada nih pengalaman saat itu yang msh teringat, dibilang pengalaman tegang iya.. lucu bisa.. kompak jg bisa.. Whehehe.. gini.. Jd saat Aspa semua datang ke aula buat kumpul seangkatan sblm cuss ke tempat homestay itu, para Aspa nih cuma pake kaosan. Hmm.. Mungkin b aja yakk.. Tp, waktu itu kami para Aspa sempet dimarahi oleh pendamping n juga suster kepala Aspi saat itu, yakni Sr. Gio. Sesuatu yang ga diharepin kl sdh hrs berhadapan ama Sr. Gio ni.. Whehehe.. "Ini kegiatan Formal, kenapa kalian pakai kaos?" hmm.. Pertanyaan yang kerap dilontarkan pada kami para Aspa saat itu. Diam adalah senjata kami waktu itu.. Whehehe.. Berbeda hal dengan Aspi, mereka mah sdh pake pakaian formal (beda si cowok ama cewek.. Wkwkwkwk). Yakk gitulah, ada enaknya ada juga ngga nya... Wkwkwkwk. Kami para Aspa pun akhirnya diberi waktu buat ganti pakaian formal setelah celotehan-celotehan pendamping n suster bergaung whehehe. (canda ah..)
Okayy.. Sesampainya di aula lagi dengan pakaian formal, pendampingpun membagi tempat n pasangan homestay. Ada 2 desa yang menjadi tempat homestay kali ini, yakni di desa Boro n desa Kerug. Aku dapet tempat di desa Boro dan perpasangan ama tmenku Gibran. Yaa.. Jadi, serumah ada 2 orang (tp mungkin ada yang lebih n kurang, lupa saia). Hmm.. Kedua desa ini masih berada di wilayah Muntilan-Magelang og.. Ga sampe luar kota.. (eh.. Masih di Magelang ga ya itu? ato udh di wilayah Yogja yak? Mbuh lah.. Whehehe). Jarak antar desa Boro n desa Kerug keduanya lumayan lah..
Nhh.. Setelah semua selesai, akhirnya kitapun diberangkatkan menuju tempat homestay. Kendaraan yang dipake buat ke desa itu ialah dengan truk pasir. Yakk.. Truk yang terbuka dan biasa buat ngangkut pasir. Enak? Kotor? Seru? Oh.. So pasti nya Enak! Seru! ya walau kotor dikit (kan truk bekas pasir pasti kotorlah.. Whehe) tapi ga sampe kotor amat wee. Ada 6 truk yang disediakan. Kl buat aku, ini pengalaman pertama naik truk pasir cuyy.. Pengalaman pertama naik truk pasir ini sungguh menyenangkan n seru broww. Jadi, jgn berpikir kl bakalan ga enak, ga seru, dll.. Lanjottt..
Perjalanan ke Boro dengan truk ini butuh waktu ± 1½ jam lamanya. Hmm.. Lumayanlah y.. Nhah, disitu yang capek itu sbnernya ada ditangan, whehehe.. (walau berdiri, tp ga kerasa capek ni kaki). Soalnya harus stay pegangan biar ga jatoh. Tapi, walau capek, keseruan yang didapet ga kalah og.. Weh.. Sungguh wenakk tenan.. Wkwkwkwk. Enam Truk berangkat bersama ke tempat homestay, tapi dipertengahan jalan sebelum sendangsono, tiga truk berpisah jalan (karna tujuannya ke desa yang satunya yakni Kerug).
 |
| Kapel St. Maria Assumpta Boro (Gorolangu) |
Perjalananku pun sampai n berakhir di Gereja Stasi St. Maria Assumpta Gorolangu yang terletak di pegunungan Menoreh. Pemandangan indah n udara sejuk seperti menyambut kita-kita para homestaysian.. (wkwkwkwk). Para Orang tua asuh pun sudah stay di kapel itu n menyambut kedatangan kita-kita. Kita semua turun dr truk n bersalam-salaman dengan para orang tua asuh disana lalu masuk ke dalam kapel. Di dalam kapel, acara dimulai dengan serah terima dari pihak sekolah ke orang tua asuh. Wakil orang tua yang menyampaikan wejangan saat itu ialah Pak Parjimin. Pesan yang dikatakan adalah seputar ttng aturan-aturan yang lazimnya. Kyak kl keluar jangan sedirian, ttp jaga sopan santun, dll. Setelah serah terima selesai, giliran pembagian orang tua asuh. Aku dapat di tempat Ibu Sutiyah.
Setelah bersamalan, aku n Gibran serta Ibu Sutiyah langsung menuju ke rumah. Letak rumahnya msh lumayan jauh dr Kapel. Jalannyapun menanjak n curam. Tp, mending sdh beraspal, jd ga lincin-licin amat kl hujan dll. Lumayan melelahkan si sbnernya. Ga mbayangin para warga disana yang bolak-balik jalan kaki.. Whehe.
Hmm.. Setelah lumayan lama berjalan, kamipun sampai. Rumahnya ternyata msh dibawah lagi dr jalanan kendaraan. Weh.. Bner-bner pembelajaran baru buatku. Di rumah, ibu Sutiyah tinggal dengan keponakan, anak, n cucu nya (Keluarga Pak Yanto). Di rumahpun mereka punya kambing n sapi yang dipelihara n kadang dijual jg. Nha, di situ juga, aku baru nemu hal baru nihh. Hal baru apa? Jadi, saat di kamar mandi, ada yang ikut nemenin, whehe.. Jangan pikir aneh-aneh dlu yak.. Maksudnya itu ada ikan di kamar mandi. Yaa.. Ikan di bak kamar mandi. Whehehe. Pertama kali nii aku baru liat kalo bak kamar mandi dicampur ama ikan. Wedehhh.. Untung ikannya msh friendly gitu (sejenis ikan nila gitu), bukan ikan kyak aligator, piranha, dll wkwk. Yaa.. Itulah kenyataannya. Mau gimanapun harus ttp bertahan selama 5 hari ini. Baru dateng aja udh ada pelajaran baru yang bisa diambil nihh. So pastinya bakalan banyak hal baru yang didapet.
Dihari pertama ini, aku belom bntuin kerja apa-apa si..😅 Cuma sorenya aku n Gibran diajak ibu ke kebonnya. Dikebon aku jg cuma liat-liat sekeliling n pemandangan doang, ya sambil bantu-bantu dikitlah. Suwerr pemandangan disana juga bagus n memukau, udaranyapun sejuk-sejuk gimana gitu.. Wkwkwkwk. Setelah selesai, kamipun beranjak pulang ke rumah, makan, dan istirahat malam. Hari pertama usai sudah..
Lanjot post berikutnya:
BELAJAR DARI MEREKA MELALUI HOMESTAY : KISAH SOSIAL AWAL DI VAN LITH (PART 2)
Salam api Van Lith! 🔥🔥
0 Comments
Silakan berikan komentar Anda!